tag:blogger.com,1999:blog-67327861982424636902024-02-07T01:54:03.059-08:00Kumpulan Cerita Sukses ENTREPRENEURBlog ini berisi tentang kisah-kisah sukses para PENGUSAHA yang diproleh dari berbagai sumber, mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi untuk kita semua.Tamharhttp://www.blogger.com/profile/00448037928098293776noreply@blogger.comBlogger12125tag:blogger.com,1999:blog-6732786198242463690.post-77575539387004760602012-01-13T22:39:00.000-08:002012-01-13T22:40:19.224-08:00Dari modal 100rb kini memimiliki omzet jutaan<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoes6Y_OxM0_tGQTSy5r5mTdZU3kyX3RI0oYl7y01af9rM1rOKP35RMzBw_HohyXbPDfpgVslD1FKph9jGr1rUQyGA6EtkUbc3fm1cIzBG5JIpHJ8BpwtSdki3biL1XU6aLx7NgT3m39c/s1600/bluedoors.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoes6Y_OxM0_tGQTSy5r5mTdZU3kyX3RI0oYl7y01af9rM1rOKP35RMzBw_HohyXbPDfpgVslD1FKph9jGr1rUQyGA6EtkUbc3fm1cIzBG5JIpHJ8BpwtSdki3biL1XU6aLx7NgT3m39c/s200/bluedoors.gif" width="181" /></a></div><div style="text-align: justify;"><strong style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;">PERNAH</span></strong><span class="apple-converted-space" style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"> </span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;">berfikir untuk membuat sesuatu yang berbeda, menjualnya dan bahkan bisa menjadi</span><em>trendsetter</em>? Hal ini yang dialami oleh Ita Yudi. Seorang Wanita yang pada awalnya merintis menjadi pekerja kantoran alias wanita karir yang kemudian banting setir menjadi wirausaha mandiri yang mempekerjakan banyak orang.</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">"Awalnya saya kerja di kantor, sebuah perusahaan yang berurusan dengan proyek-proyek. Isinya laki-laki semua, jadi tidak ada yang menggunakan assesoris. Akhirnya kerja seperti itu tidak enak. Nganggur," ucapnya mengawali cerita ketika ditemui</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><strong style="background-color: white;">okezone</strong><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> di standnya dalam sebuah pameran yang baru-baru ini diadakan di Smesco center, Jakarta.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">"Nah, saya kan pakai jilbab. Dan dari awal sudah hobi membuat asesoris. Mencoba-coba. Awalnya saya ingin punya bros buatan sendiri. Trial and error terus sih, tapi terus di coba," imbuhnya.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Bahan yang awalnya digunakan adalah untaian kawat-kawat dan manik-manik yang kemudian dirangkainya. Entah itu menjadi bunga, bentuk binatang, atau bentuk abstrak yang menurutnya layak untuk dijadikan hiasan. Selain dari kawat, dirinya juga mengaku membuat dari bahan lain seperti kain yang berasal dari limbah garmen, dan juga lilin atau clay.</span><br />
<a name='more'></a></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">"Saya buat dari semua bahan. Seperti yang sering saya buat ini dari metal, kawat. Ada juga yang dari benang wol dirajut, kain bekas limbah garmen, dan clay," terangnya.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Memang, bahan-bahan tersebut terlihat sangat sederhana dan mudah sekali untuk mencarinya. Seperti kawat misalnya, yang dengan mudah bisa kita temukan di pasar-pasar. Limbah garmen yang juga dengan mudahnya bisa didapatkan dari perusahaan garmen yang membuang sisa kainnya.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Diakuinya, untuk memulai usaha seperti dirinya, memang tidak membutuhkan banyak modal. Dirinya menuturkan, untuk memulai usaha ini dulu hanya cukup bermodalkan selembar uang Rp100 ribu saja.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">"Modal untuk ini, sederhana saja. Malahan kalau sudah punya tang yang sebagai alat sudah bisa. Paling dulu modal Rp100 ribu," ungkapnya.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">"Kalau kawat, dulu waktu saya memulai usaha ini kawat seperti ini memang jarang. Tapi sekarang sudah banyak sekali yang jual. Sekarang dimana-mana orang jual. Rp10 ribu juga sudah bisa buat beli kawat," ungkapnya lagi.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Dirinya menunjukkan kawat kecil sebagai alat yang digunakan untuk membentuk material serta kawat-kawat yang digunakan sebagai dasar pembuatan bros-bros tersebut. Kawat kecil dengan ujung lancip itu digunakan untuk membentuk dan membengkokan kawat sehingga membentuk suatu bentuk yang diinginkan.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Dalam setiap usaha, tentunya semua tidak langsung berjalan dengan lancar. Hal itu pula yang dialami oleh Ita. Awalnya, dalam sehari dirinya hanya mampu menjual satu sampai dua pieces bros. Jadi dalam sebulan, rata-rata dirinya hanya bisa menjual sebanyak 20 pieces bros.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Namun, saat ini hal tersebut sudah tidak berlaku lagi dalam kamus usahanya. Diakuinya, animo masyarakat terhadap kerajinan assesoris ini meningkat. Terbukti dari jumlah yang dihasilkannya laris manis terjual bak kacang goreng.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">"Dulu, yang tertarik jarang sekali. Sekarang yang tertarik banyak. Sekarang tidak usah deh keluar negeri, di Indonesia juga sudah banyak kok. Lebih bagus dan juga lebih murah. Tidak usah ke Bangkok dan China. Kita sudah bisa menyaingi kok," ucap Ita optimis.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Memang, dari segi harga bros yang dijualnya sangat bervariasi. Untuk yang motif sangat sederhana dibandrol dengan harga Rp2.500 sampai Rp10 ribu. Namun, jika yang bentuknya agak rumit dan menggunakan banyak material serta batu-batuan, bahkan ada yang menggunakan kristal swarovski harga bisa selangit alias bisa mencapai Rp500 ribu.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Bentuk yang dimaksud memang rumit. Dengan detil yang sangat kecil dan sempurna, dibagian tengahnya ditambahkan bebatuan yang senada dengan warna kawat dan manik-manik. "Saya juga mengangkat kekayaan Indonesia. Karena ada batu-batu yang berasal dari Indonesia, yang tidak kalah bagusnya. Tapi ada juga yang menggunakan kristal swarovski. Per pieces harganya Rp2.500 sampai 500 ribu," jelasnya.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Kesulitan yang dihadapinya tidak sampai disitu, kadang material yang dibutuhkannya tidak terdapat di Indonesia. Sehingga dirinya harus memesan material tersebut dari China. Bersyukurlah kini, pesanan terus berdatangan. Jumlahnya bisa sampai ribuan, sehingga dengan sendirinya para distributor tersebut mendatangkan langsung material-material tersebut tanpa harus melalui pemesanan terlebih dahulu.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">"Kendala, material kan 75 persen dari China. Tapi karena sekarang pesanan sudah banyak dan juga banyak yang sudah memulai bisnis serupa, jadi para distributor material ini sudah ada dengan sendirinya," akunya.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Dengan usahanya tersebut, ibu dari tiga orang anak ini memiliki 40 karyawan binaan yang membantunya dalam merangkai berbagai jenis bahan yang akan dijadikan asesoris terutama bros.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Dirinya tidak membutuhkan sebuah toko besar atau kios dalam menjajakan bros-brosnya. Di rumahnya yang terletak di daerah Kalimalang merupakan "pabrik" sekaligus tempatnya memajang bros-brosnya. Selain itu, dirinya juga rajin melakukan kerja sama dengan butik-butik yang banyak terdapat di ibu kota. "Pekerja rata-rata ibu rumah tangga biasa yang masih radius kecamatan lah," ucapnya.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Saat</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"><b> </b></span><strong style="background-color: white;">okezone</strong><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> berusaha mencari tahu lebih jauh, berapa pendapatan per bulannya saat ini, dirinya enggan berbagi lebih jauh. Karena menurutnya bisnis seperti ini tidak bisa dihitung secara pasti. Namun menurutnya, per bulan dirinya bisa menjual hingga ratusan aneka macam asesoris.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Terakhir, dalam hal pemasaran produk, dirinya mengingatkan untuk bisa menjadi yang berbeda diantara sekian banyak pesainganya. Banyak melihat, membaca dan memperhatikan pasar adalah kunci kesuksesannya.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">"Kita harus menjadi yang berbeda. Banyak membaca, entah dari buku atau bisa juga browsing di internet," tandasnya. (</span><strong style="background-color: white;">and</strong><span style="background-color: white;">)</span><br />
<span style="background-color: white;"><br />
</span><br />
<span style="background-color: white;">Sumber : www.okezone.com</span></div></span></span><o:p></o:p>Tamharhttp://www.blogger.com/profile/00448037928098293776noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6732786198242463690.post-70354780644427708832012-01-13T00:40:00.000-08:002012-01-13T00:41:41.151-08:00Dulu Sekolah Tak Bersepatu Kini Mempunyai Omzet 100 - 200 Juta Perbulan<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRjPu1ppU9tq8OZi3uKVSgpsQUlKfToC2fBQej4PP3lhXqxk7yJSxesZFuqyhvdRFHyM3mn9pNsec-COg4TZalBqZtbaQKwh_gF62zII5yhRdZzM0dRqmEDY8JyOa0rGPyfBzgvKn-SWA/s1600/nor_5_coin_rotating_lg_nwm.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRjPu1ppU9tq8OZi3uKVSgpsQUlKfToC2fBQej4PP3lhXqxk7yJSxesZFuqyhvdRFHyM3mn9pNsec-COg4TZalBqZtbaQKwh_gF62zII5yhRdZzM0dRqmEDY8JyOa0rGPyfBzgvKn-SWA/s320/nor_5_coin_rotating_lg_nwm.gif" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><strong style="color: #0c343d; font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;">BABEH</span></strong><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: #0c343d; font-family: Verdana, sans-serif;">, begitu dia dipanggil. Pemuda bernama lengkap Fajar Wisnu Wardhono ini merupakan seorang anak yatim serba bisa asal kota hujan, Bogor. Pemuda yang kini berusia 23 tahun ini memiliki lika-liku masa remaja tak seperti kebanyakan orang lainnya.</span></div><span style="color: #0c343d; font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="color: #0c343d; font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: #0c343d; font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">Kisahnya dimulai saat dia masih berseragam putih biru. Saat ditinggalkan ayahnya, Babeh bukan berasal dari</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">keluarga mampu. Karenanya, saat temannya sibuk menimba ilmu guna mengejar cita-citanya, Babeh malah berusaha menyambung hidupnya dan ibunya. Dia</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><span class="apple-style-span" style="background-color: white;"> rela membanting tulang dengan berdagang majalah dan koran.</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="apple-style-span"><div style="text-align: justify;"><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">Dalam perjalannnya selama SMP, Babeh mengaku tidak mementingkan atribut yang dikenakan, bermodalkan celana saja sudah cukup bagi dia. </span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">“Sepatu saja saya enggak punya waktu SMP, cuma celana sekolah tiga potong," kata dia kala berbincang dengan</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><strong style="background-color: white;">okezone</strong><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">belum lama ini. Karenannya, tak heran jika pemuda ini lantas jarang mengikuti kegiatan</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><em style="background-color: white;">study tour</em><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">yang kala itu sering dilakukan.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><a name='more'></a></div><span class="apple-style-span"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Namun, Babeh tidak minder dengan keadaanya, justru demi mencari dana tambahan dia malah aktif berorganisasi. Organisasi dilakoninya bukan tanpa maksud, sambil menyelam minum air, begitulah kata pepatah yang di tekuni Babeh. Dalam organisasi tersebut, Babeh mengambil kesempatan sebagai penjual alat-alat graffiti, kaos serta jasa konveksi. Menurut dia, hasil dari jualan tersebut cukup untuk menghidupi dia dan ibunya.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="apple-style-span"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Semakin bertambahnya umur, Babeh makin giat bekerja. Pemuda berbadan kekar ini pun sempat melirik usah mikro untuk bertahan hidup. Kala itu, dia memilih usaha krupuk. Awalnya, di hanya dititipi menjual oleh temannya, sejalan dengan itu, dia mulai meminjam modal untuk untuk berjualan. Namun, dirinya terbentur kendala distribusi kerupuk tersebut. ”Karena engga punya motor waktu dagang krupuk, akhirnya saya minjem motor temen saja," kenangnya.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="apple-style-span"><div style="text-align: justify;"><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">Dari usaha-usaha tersebut Babeh mulai mengumpulkan modal. Berbekal tanya-tanya, dia mencoba peruntungannya dengan berternak lele, gurami serta benih ikan. Hasilnya lumayan, kala itu Babeh berhasil menggarap untung lumayan. Dia mampu membeli sebuah sepeda motor dan merenovasi rumah. Saat</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><strong style="background-color: white;">okezone</strong><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">bertanya suka-duka berternak ikan, dia menuturkan, saat yang paling menyenangkan adalah kala menunggu waktu panen. "Tapi pernah juga sedikit lagi panen, malah kebanjiran," ujarnya miris.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="apple-style-span"><div style="text-align: justify;"><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">Cukup mapan dengan berternak lele dan lainya, Babeh yang kala itu telah menapaki bangku kuliah kembali menggembangkan usahanya menjadi supplier ayam dan daging. Saat itu, dia menyalurkan telur dan daging untuk warung nasi padang, restoran dan katering di daerah Bogor. Karena usahanya, Babeh pernah diusir dari kampus. "Waktu itu saya nganterin dagangan sambil bawa</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><em style="background-color: white;">bronjongan</em><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"><i> </i></span><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">ke kampus. Saya di usir-usir satpam kampus, gara-gara bawa</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><em style="background-color: white;">bronjongan</em><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"><i> </i></span><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">bau ayam," kata Babeh.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="apple-style-span"><div style="text-align: justify;"><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">Kerja keras dan kesabarannya memang patut mendapatkan apresiasi. Berkat usaha-usaha yang kini masih berjalan, Babeh sukses meraup untung ratusan juta per bulannya.</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><span class="apple-style-span" style="background-color: white;"> "Sekarang omzetnya sampai diangka Rp100 juta-Rp200 juta per bulannya," ujarnya bangga.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="apple-style-span"><div style="text-align: justify;"><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">Sukses tak lantas membuatnya lupa diri, Babeh kini bersedia berbagi pengalamannya dengan menjadi pendampingan Usaha Kecil Menengah (UKM), serta mengajar bahasa inggris untuk anak anak tidak mampu. Saat ini, pemuda tersebut mengatakan sedang melirik usaha</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><em style="background-color: white;">housekeeping.</em></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="apple-style-span"><div style="text-align: justify;"><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">Sukses menjadi pengusaha kecil-kecilan, Babeh kini mencoba peruntungannya di bidang entertainment sebagai pemain</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><em style="background-color: white;">beatbox</em><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">atau</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><em style="background-color: white;">beatboxer</em><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">. Sekadar informasi,</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"><i> </i></span><em style="background-color: white;">Beatbox</em><span class="apple-style-span" style="background-color: white;"> merupakan salah satu bentuk seni yang mengfokuskan diri dalam menghasilkan bunyi-bunyi ritmis dan ketukan drum, instrumen musik, maupun tiruan dari bunyi-bunyian lainnya, khususnya suara </span><em style="background-color: white;">turntable</em><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">melalui alat-alat ucap manusia seperti mulut, lidah, bibir, dan rongga-rongga ucap lainnya.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="apple-style-span"><div style="text-align: justify;"><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">Babeh, pemuda yang dulu tak mempunyai sepatu kala sekolah, kini telah manggung di beberapa stasiun televisi swasta dan dapat menghidupi keluarganya dengan layak dan berkecukupan. (</span><strong style="background-color: white;">mrt</strong><span class="apple-style-span" style="background-color: white;">)</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white;"> </span></div></span> <span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">(</span><strong style="background-color: white;">ade</strong><span style="background-color: white;">)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">sumber : www.okezone.com</span></div></span></span></span><o:p></o:p>Tamharhttp://www.blogger.com/profile/00448037928098293776noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6732786198242463690.post-92024737442105297812012-01-13T00:24:00.000-08:002012-01-13T00:24:18.573-08:00Si Pencari Daun Jati, Kini Jadi Juragan Tambang Pasir<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_DZ7qU4OQVe4pLnz3AUfjY9OTc1l9_Zye9GJcI4jJeBteX0BPmlCD78ooF9dSc_KRBQMdT5CBxIbcyleYDtIi6lVXqf_vo2rqVQ4nNFqNhjAhMLU2YTqvEIXUwUJneuRflniX00HIh9A/s1600/q1ARj9GwdM.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_DZ7qU4OQVe4pLnz3AUfjY9OTc1l9_Zye9GJcI4jJeBteX0BPmlCD78ooF9dSc_KRBQMdT5CBxIbcyleYDtIi6lVXqf_vo2rqVQ4nNFqNhjAhMLU2YTqvEIXUwUJneuRflniX00HIh9A/s320/q1ARj9GwdM.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; color: #073763; font-family: Verdana, sans-serif;">KERJA keras dan tekad yang besar menjadi kunci utama untuk berhasil di dalam hidup ini. Itulah kata-kata yang pertama kali meluncur dari H Misbachul Munir (45). Bermula dari seorang pencari daun jati, asal Desa Cobanjoyo, Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan, yang kini menjadi seorang pengusaha pertambangan pasir di Pasuruan.</span></div><span style="color: #073763; font-family: Verdana, sans-serif;"><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Pria paruh baya ini, mengawali kisah hidupnya dengan membantu kedua orangtuanya mencari nafkah. Guna menyokong perekonomian keluarganya yang kurang mampu, dia mencari daun jati di hutan untuk di jual ke pasar pada pagi hari.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Setelah mencari daun jati, Munir muda kembali bekerja sebagai buruh penambang pasir di desanya yang memang terkenal sebagai daerah penghasil pasir di Pasuruan.<a name='more'></a></span></div></span> <span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"> </span></div></span> <span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Kerja keras sebagai pencari daun jati dan penambang pasir, memang hanya cukup untuk makan sehari-hari. Namun, Misbach Munir berusaha bekerja ekstra agar dapat mempunyai tabungan. Dia rela menyimpan sebagian kecil upahnya, melainkan dia titipkan kepada sang majikan pemilik tambang pasir.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Tidak terasa, upah yang dititipkan kepada sang majikan saat itu mencapai Rp1 juta. Pada saat itu, jumlah tersebut terhitung sangat besar bagi seorang anak desa seperti Misbachul Munir.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Hasil tabungannya itu, kemudian dia tukar dengan sepetak tanah di dekat rumah. Dengan adanya lahan pribadi itu, Munir mulai peruntungannya dengan menambang pasir di tanahnya sendiri. Saat itu, Munir yang buta teknologi hanya mengandalkan cara tradisional, yakni menggunakan pacul dan sekop.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Alhasil, Munir harus bekerja keras mulai pagi hingga sore agar pasir yang dihasilkan banyak. Dengan kegigihannya tersebut, penghasilan Munir terus meningkat.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Munir yang kala itu sudah cukup maju, tidak melupakan prinsip menabungnya. Sebagian hasil penjualan pasirnya kembali dia sisihkan untuk membeli sepetak tanah lagi. Agar produksi pasirnya semakin banyak, Munir menyewa supir alat berat (</span><em style="background-color: white;">back hoe</em><span style="background-color: white;">) yang bekerja di pertambangan pasir milik majikannya, agar bisa menggali pasir di lahan miliknya.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Agar tidak merugikan majikannya, para pekerja tersebut dia sewa pada sore-malam hari selepas jam kerja mereka. Di bantu alat berat (</span><em style="background-color: white;">back hoe</em><span style="background-color: white;">) maka kapasitas produksi pasir milik Munir semakin bertambah banyak.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><strong><div style="text-align: justify;"><strong><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;">Mencari Pasar</span></strong></div></strong><b><div style="text-align: justify;"><br />
</div></b><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Nama Munir kala itu belumlah terkenal di kalangan para pembeli pasir. Karenanya, demi memuaskan dan menggaet pelanggan dirinya mengisi pasir satu truk dengan ukuran lebih banyak sedikt dari ukuran biasanya.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Selain itu, Munir juga benar-benar memperhatikan kualitas dari pasir yang dijualnya. Karenanya para pembeli pasir pun puas dengan produksi pasir milik Munir, karena kandungan tanah dan batunya yang lebih sedikit.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Keuntungan dari penjualan pasir yang meningkat, kembali disisihkan untuk membeli lahan pertambangan lagi, begitu seterusnya hingga sekarang. Saat ini, lahan milik majikannya dulu pun sekarang telah dibeli oleh H Munir.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Meskipun telah memiliki lahan pertambangan pasir yang cukup luas, kira-kira 30 hektare (ha) lebih, namun untuk masalah perijinan dan reklamasi, tidak lepas dari perhatiannya. Menurut Munir, dirinya bisa seperti sekarang ini karena mendapat berkah dan rejeki dari alam, maka sudah seharusnya dia menjaga dan mensyukuri apa yang telah didapatnya dari alam itu.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Biarpun telah sukses dan menikmati hasil dari jerih payahnya selama ini, Munir tidak melupakan warga desanya yang kurang mampu, bahkan sekarang ini warga di desanya pekerjaanya tergantung dari pertambangan milik Munir. Banyak warga desa yang menjadi supir truk dan operator alat berat (</span><em style="background-color: white;">back hoe</em><span style="background-color: white;">).</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Memang, Munir tidak melakukan penambangan dengan cara tradisional guna meminimalisir risiko kecelakaan. Dengan menamai tambang pasir miliknya dengan nama CV Pasir Mas, Munir memang bersyukur menemukan emas di dalam tanah yang berupa pasir yang dapat mengangkat perekonomiannya selama ini. (</span><strong style="background-color: white;">mrt</strong><span style="background-color: white;">) (</span><strong style="background-color: white;">Robert Ardyanto Dwi Setiawan/Sindo TV/ade</strong><span style="background-color: white;">)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Sumber : www.okezone.com</span></div></span></span><o:p></o:p>Tamharhttp://www.blogger.com/profile/00448037928098293776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6732786198242463690.post-34839919258195886042012-01-12T18:08:00.000-08:002012-01-12T18:08:26.152-08:00Purdi E. Chandra : Dari Outlet Kecil kini menjadi Bimbel Terbesar Di Indonesia<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjudoei1snRhgXgRY04nXrKs2xuzTg6i57RsVlaPD0dD7-EbJ1dMndAenn3M1IY3Xr474gcYHZN375OdaA6U1T0hrUZ6Osedxkubiyq4z75uLneLVm2R1i0Rd7XtSpXQg0X_Vif_fAM_P0/s1600/purdie.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjudoei1snRhgXgRY04nXrKs2xuzTg6i57RsVlaPD0dD7-EbJ1dMndAenn3M1IY3Xr474gcYHZN375OdaA6U1T0hrUZ6Osedxkubiyq4z75uLneLVm2R1i0Rd7XtSpXQg0X_Vif_fAM_P0/s200/purdie.jpg" width="195" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Purdi E. Chandra</b>. Pada akhir tahun 1981, saya merasa tidak puas dengan pola kuliah yang membosankan. Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Kemudian pada tahun 1982 saya mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat - hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka cabang di ratusan kota di penjuru tanah air, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bukan suatu kebetulan jika pengusaha sukses identik dengan kenekatan mereka untuk berhenti sekolah atau kuliah. Seorang pengusaha sukses tidak ditentukan gelar sama sekali. Inilah yang dipercaya Purdi ketika baru membangun usahanya.</span><br />
<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kuliah di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya membuktikan kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin, gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita. Purdi muda yang penuh cita–cita dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan mulai serius untuk berbisnis.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejak saat itu Purdi mulai menajamkan intuisi bisnisnya. Dia melihat tingginya antusiasme siswa SMA yang ingin masuk perguruan tinggi negeri yang punya nama, seperti UGM. Ini merupakan peluang bisnis yang cukup potensial, bagaimana jika mereka dibantu untuk memecahkan soal-soal ujian masuk perguruan tinggi, pikirnya waktu itu. Purdi lalu mendapatkan ide untuk mendirikan bimbingan belajar yang diberi nama, Primagama.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Saya mulai usaha sejak tahun 1982. Mungkin karena nggak selesai kuliah itu yang memotivasi saya menjadi pengusaha,” kisah Purdi. Lalu, dengan modal hasil melego motornya seharga 300 ribu rupiah, ia mendirikan Bimbel Primagama dengan menyewa tempat kecil dan disekat menjadi dua. Muridnya hanya 2 orang. Itu pun tetangga. Biaya les cuma 50 ribu untuk dua bulan. Kalau tidak ada les maka uangnya bisa dikembalikan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Segala upaya dilakukan Purdi untuk membangun usahanya. Dua tahun setelah itu nama Primagama mulai dikenal. Muridnya bertambah banyak dan semakin banyak saja. Setelah sukses, banyak yang meniru nama Primagama. Purdi pun berinovasi untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikannya ini. “Sebenarnya yang bikin Primagama maju itu setelah ada program jaminan diri,” ungkapnya soal rahasia sukses mengembangkan Bimbel Primagama. Dan berkat kerja keras selama ini Primagama masih menjadi market leader di bisnis bimbingan belajar dengan lebih dari 700 outlet di seluruh Indonesia.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sumber : </span><a href="http://entrepreneuruniversity.co.id/kisah-sukses/36-bobsadino/61-purdi-e-candra">http://entrepreneuruniversity.co.id/kisah-sukses/36-bobsadino/61-purdi-e-candra</a></div><o:p></o:p>Tamharhttp://www.blogger.com/profile/00448037928098293776noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6732786198242463690.post-10301562475936297442012-01-12T17:54:00.000-08:002012-01-12T18:10:27.276-08:00Arifin Panigoro, Korban Sanering yang Sukses Jadi Bos Medco<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin-bottom: 0.0001pt;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIxJClwGsF-VZoRdfqjP7O8EnSXWHF-ZNINdVCUU-T5wtd-sSIH4pwkR920euj3nvUP0GOhemdJJGxSPEltvf5pR44nJ_P3Ta_FGB5nHxuf8dp5hn-lyHvNQecirZwegOdLrE7lWsMulM/s1600/images+%25283%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIxJClwGsF-VZoRdfqjP7O8EnSXWHF-ZNINdVCUU-T5wtd-sSIH4pwkR920euj3nvUP0GOhemdJJGxSPEltvf5pR44nJ_P3Ta_FGB5nHxuf8dp5hn-lyHvNQecirZwegOdLrE7lWsMulM/s320/images+%25283%2529.jpg" width="320" /></a></div><div style="line-height: 14.25pt; text-align: justify;"><br />
<div style="line-height: 14.25pt;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">JAKARTA </b><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">- Masih ingat dengan istilah redenominasi alias pemotongan nilai mata uang yang diikuti turunya barang dan jasa. Pasti Anda juga masih ingat dengan istilah sanering. Momok pemangkasan nilai mata uang, tapi tanpa diiringi dengan penurunan harga barang.</span></span><br />
<span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;"><br />
</span></span></div><div style="line-height: normal; text-align: -webkit-auto;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"></span></span></div><div style="line-height: normal;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">Terbayang bagaimana menakutkan sanering ini. Parahnya, kejadian ini sempat mendera Indonesia pada era tahun 1965-an. Sanering ini juga, dulu, meruntuhkan bisnis keluarga Arifin Panigoro. Tapi, sekarang, siapa tak kenal tokoh yang sukses membawa Medco ke puncak kejayaannya.</span></span></span><br />
<span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;"><br />
</span></span></span></div><div style="line-height: normal; text-align: -webkit-auto;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"></span></span></div><div style="line-height: normal;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">Dahulu keluarga Arifin Panigoro merupakan keluarga yang berwirastasta atau berusaha. Di mana ayah Arifin, Jusuf Panigoro mengembangkan usaha, sementara kakeknya, Halim berjualan batik.</span></span></span><br />
<span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;"></span></span></span><br />
<a name='more'></a><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;"><br />
</span></span></span></div><div style="line-height: normal; text-align: -webkit-auto;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"></span></span></div><div style="line-height: normal;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">Jusuf aktif berdagang, di mana barang yang dijajakannya beragam antara lain gula, kebutuhan dapur sehari-hari dan kopiah alias peci.</span></span></span><br />
<span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;"><br />
</span></span></span></div><div style="line-height: normal; text-align: -webkit-auto;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"></span></span></div><div style="line-height: normal;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">"Dan bisnis tidaklah selamanya langgeng. Bisnis bapak saya anjlok karena imbas pemotongan nilai mata uang atau sanering," jelas Arifin seperti tertulis dalam bukunya berjudul Berbisnis Itu (Tidak) Mudah, seperti dikutip </span><b style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">okezone</b><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">.</span></span></span><br />
<span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;"><br />
</span></span></span></div><div style="line-height: normal; text-align: -webkit-auto;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"></span></span></div><div style="line-height: normal;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">Akibatnya, usaha orang tuanya tersebut jatuh. Selanjutnya, rumah yang selama ini ditinggalinya pun harus dijual guna menutup utang. "Saya merasakan betul bahwa survival itu tidak gampang," tuturnya.</span></span></span><br />
<span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;"><br />
</span></span></span></div><div style="line-height: normal; text-align: -webkit-auto;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"></span></span></div><div style="line-height: normal;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">Tapi, selanjutnya, bapak Arifin bangkit dan menjadi agen radio dan televisi Philips. Televisi barang dagangan Jusuf ini juga laku keras ketika stasiun relay TVRI di Tangkuban Perahu sudah bekerja.</span></span></span><br />
<span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;"><br />
</span></span></span></div><div style="line-height: normal; text-align: -webkit-auto;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"></span></span></div><div style="line-height: normal;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">Karena terlalu terfokus dengan bisnis elektroniknya tersebut, Jusuf jadi melupakan bisnis tektil serta perkembangan yang terjadi atas indstri tersebut. Di mana ketika pedagang lain mengganti dagangannya dari tekstil ke pakaian jadi, Jusuf tidak melakukannya. Alhasil, tokonya ditinggalkan pelanggannya yang umumnya juga beralih lebih meminati pakaian jadi ketimbang bahan tekstil.</span></span></span><br />
<span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;"><br />
</span></span></span></div><div style="line-height: normal; text-align: -webkit-auto;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"></span></span></div><div style="line-height: normal;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">Sedikit kisah inilah yang membentuk Arifin menjadi sosok yang berdaya juang tinggi, dan fleksibel. Nilai-nilai itu mendara daging, dan memicunya berusaha dengan keras.</span></span></span><br />
<span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;"><br />
</span></span></span></div><div style="line-height: normal; text-align: -webkit-auto;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span></span></div><div style="line-height: normal;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">Arifin merupakan pendiri kelompok usaha Medco yang kegiatan utamanya eksplorasi serta produksi minyak dan gas bumi. Pengalaman masa lalu Arifin itu sangat mendominasi perjalanan bisnisnya yang dimulainya dari bawah dalam hal mengolah emas hitam ini, sampai akhirnya Medco melakukan akuisisi serta berkerjasama dengan sejumlah perusahaan minyak kelas dunia.</span></span></span><br />
<span style="line-height: 14.25pt;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;"><br />
</span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: -webkit-auto;"></div><div style="line-height: 14.25pt;"><span style="background-color: #f1f1f1; line-height: 14.25pt;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kelompok usaha yang kini memiliki 14.000 pekerja di seluruh jaringan usaha ini berawal dari satu perusahaan kecil di Bandung tahun 1972, CV Corona Electric, yang bergerak di bidang instalasi listrik. Setahap demi setahap dengan menggabungkan prinsip-prinsip yang diyakininya, Arifin membangun Medco Energi menjadi kelompok bisnis migas berskala internasional.</span></span><br />
<span style="background-color: #f1f1f1; line-height: 14.25pt;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></span></div><div style="line-height: normal; text-align: -webkit-auto;"><span style="line-height: 14.25pt;"></span></div><div style="line-height: normal;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">Sekarang ini, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) telah beroperasi tak hanya di Indonesia, tapi juga di Kamboja, Yaman, Oman, Libya dan Amerika Serikat. (</span><b style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">ade</b><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">)</span></span></span><br />
<span style="line-height: 14.25pt;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;"><br />
</span></span></span><br />
<span style="line-height: 14.25pt;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;"><br />
</span></span></span></div><div style="line-height: normal;"><span style="line-height: 14.25pt;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; line-height: 14.25pt;">sumber : www.okezone.com</span></span></span></div></div>Tamharhttp://www.blogger.com/profile/00448037928098293776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6732786198242463690.post-45797264091720734612012-01-12T17:35:00.000-08:002012-01-12T17:35:11.768-08:00Jimmy Gani, Dulu Loper Koran Sekarang Jadi Petinggi Sarinah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjXouVQ0-v4Smz0URqUJb00GOUx1I0tfT_hd7fbggk68PGva25r05exP_nWgnHCVGB0BXtt8FO-uDvbZsxN5PoMK_eTHzDI0XWEcENAD6fh8pc7c6cgSRx_ac2WahlW7wlpQ8rLQ84Wjs/s1600/CSDjwNBgpW.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="176" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjXouVQ0-v4Smz0URqUJb00GOUx1I0tfT_hd7fbggk68PGva25r05exP_nWgnHCVGB0BXtt8FO-uDvbZsxN5PoMK_eTHzDI0XWEcENAD6fh8pc7c6cgSRx_ac2WahlW7wlpQ8rLQ84Wjs/s320/CSDjwNBgpW.jpg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 14.25pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;"><b><span style="font-size: 10pt;"><span style="color: blue; font-family: Verdana, sans-serif;">BAGI </span></span></b><span style="font-size: 10pt;"><span style="color: blue; font-family: Verdana, sans-serif;">seorang pengusaha, tidak putus asa menjadi syarat mutlak kunci sukses. Selain itu, semangat pantang mundur juga harus ada pada diri seorang pengusaha. Adalah Jimmy M Rifai Gani yang telah membuktikan hal tersebut. Jimmy yang sempat menjadi tukang koran, kini terbilang sukses menduduki posisi sebagai Direktur Utama PT Sarinah (Persero).<br />
<br />
Pada 1994, pendidikan S1 seorang Jimmy di Perguruan Tinggi Kota Kembang terpaksa harus putus di tengaj jalan. Di tahun ketiga masa kuliahnya, Jimmy remaja harus ikut sang Ayah yang seorang diplomat, dinas ke San Fransisco, Amerika Serikat. Mau tak mau, dirinya pun terpaksa pindah ke negari Paman Sam tersebut.<br />
</span></span></div><a name='more'></a><span style="color: blue; font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
"Akhirnya saya ikut pindah ke sana , dan mengambil jurusan ekonomi, melanjutkan (jurusannya di Indonesia ). Januari 1996 saya lulus, lalu lanjut S2 di tempat yang sama. Jurusan manajemen, tapi lebih ke accounting," kenang Jimmy kala berbincang dengan <b>okezone</b> di kantornya beberapa waktu lalu.<br />
<br />
Lelaki yang sempat mengenyam pendidikan di Universitas Padjajaran, Bandung ini mengaku, sejak awal merasa bisnis adalah bagian dari hidupnya. Oleh sebab itu, ketika duduk dibangku kuliah dia sudah mulai berbisnis kecil-kecilan dan juga mencoba mengajar anak-anak kecil.<br />
<br />
"Karena saya sudah biasa bisnis, jadi pengusaha itu panggilan untuk saya. Jadi waktu kuliah juga mulai mendirikan usaha. Usahanya ada beberapa hal seperti suplai produk ke koperasi, terus juga produk makanan," katanya.<br />
<br />
Di sela waktu kuliahnya di luar negeri, dia sempat mencoba berbisnis dengan membuka sebuah perusahaan. Namun sayang, perusahaan tersebut gagal dan mandek di tengah jalan. Akhirnya, lelaki yang usianya menginjak 39 tahun ini banting setir dan mencoba bekerja. Namun, karena keterbatasan yang ada pada waktu itu, dirinya bekerja sebagai loper koran.<br />
<br />
"Bisnis enggak berhasil, saya kerja. Saya jadi loper Koran, itu karena izin saya terbatas. Saya hanya bisa kerja beberapa jam. Berasa sekali menjadi loper koran harus bangun pagi-pagi, belum lagi saat hujan," tuturnya.<br />
<br />
Pekerjaannya sebagai loper koran pun dipandang sebelah mata oleh teman-temannya. Namun hal ini tak pernah membuatnya patah arang. Padahal, ayahnya merupakan seorang karyawan yang mempunyai kedudukan tinggi di sebuah perusahaan. Akan tetapi, Jimmy muda tidak ingin mengantungkan diri pada keberhasilan ayahnya.<br />
<br />
<b>Mulai dari Bawah</b><br />
<br />
Jimmy pun akhirnya lulus kuliah dengan nilai yang cukup memuaskan. Atas tawaran kenalannya, seorang pengusaha asal AS yang memiliki perusahaan di Indonesia , dia pun bekerja di perusahaan tersebut. Tidak lama, Jimmy beralih kerja di sebuah perusahaan konsultan. Dari situ, Jimmy harus memulai perjuangannya dari nol.<br />
<br />
"Awalnya saya jadi entry level, tapi karena mereka lihat potensi saya, dalam dua tahun saya sudah jadi Vice President untuk kawasan Asia di perusahaan tersebut," katanya.<br />
<br />
Sukses di karir, tak membuatnya lupa diri. Jimmy pun menikah di 1999 dan pada 2002 telah dikaruniai dua orang anak sehingga diputuskannya bahwa keluarga adalah segalanya. Selain itu, pengalamannya membuat Jimmy yakin kemampuan yang dimilikinya telah mumpuni, hingga akhirnya dia memutuskan membentuk sebuah perusahaan. Dalam rentang waktu 2002-2008, sedikitnya ada dua perusahaan yang telah dibangunnya. Perusahaan yang didirikannya bersama keenam orang kawannya tersebut bergerak dalam bidang manajemen produktivitas.<br />
<br />
Pada 2009, atas saran seorang kenalannya, Jimmy pun mendaftar uji kelayakan direktur-direktur perusahaan BUMN. Meski begitu, dia masih merasa tidak tertarik mendaftar di perusahaan BUMN. Namun, atas dukungan keluarganya, Jimmy pun akhirnya mencoba peruntungannya. Nothing to lose, pikirnya kala itu. "Waktu itu hasil tes saya nomor satu. Tapi April 2009 pas pengumuman saya tidak masuk di jajaran direksi," ungkapnya.<br />
<br />
Setelah hasil tes tersebut terungkap, Jimmy mendapat panggilan untuk bertemu dengan Menteri BUMN yang kala itu masih dijabat oleh Sofyan Djalil. Sofyan menawarkannya menjadi direksi perusahaan BUMN yang lain, namun Jimmy menolak. Dia beralasan takut nantinya akan memiliki perbedaan pendapat jika dia tidak mendapatkan posisi penting dalam sebuah perusahaan.<br />
<br />
"Kalau boleh saya diberikan kesempatan untuk jadi kapten, dan dia (Sofyan) meng-iya-kan, tapi tentunya bukan di perusahaan besar, akhirnya saya dikasih ke Sarinah," katanya.<br />
<br />
Jimmy pun merombak ulang Sarinah. Gerai yang tadinya mengorientasikan bisnisnya di ritel seperti department store dan supermarket, akhirnya menutup beberapa outlet supermarket di beberapa daerah. Alasannya, perusahaan harus fokus pada satu hal, dan bisnis departement store menjadi tujuan utamanya.<br />
<br />
Hingga saat ini, Sarinah terus fokus pada jalurnya. Bahkan, baru-baru ini membuka outlet baru di kawasan Pejaten. Jimmy pun mempunyai rencana jangka panjang akan mengembangkan Sarinah agar tetap bertahan terhadap para pesaingnya.<br />
<br />
"Kita sedang rencana jangka panjang yang harusnya sudah selesai. Terutama yang tadinya fokus untuk ekspansi ke luar, kita coba bertumpu pada aset dan bisnis yang memberikan kontri terbesar seperti di Sarinah, Thamrin. Fokus saat ini di sini, kalau sudah bagus, baru kita pikirkan untuk ekspansi," jelas Jimmy.<br />
<br />
Saat ini, siapa yang tidak tahu Sarinah, pusat perbelanjaan pertama di Jakarta yang sudah berdiri lebih dari 40 tahun silam. Bahkan, Presiden Amerika Serikat (AS) Barrack Obama dalam kunjungan beberapa waktu lalu menyatakan jika Sarinah merupakan pusat perbelanjaan pertama dengan gedung tertinggi pertama yang ada di Jakarta . "Terus terang saja, awalnya saya melihat jika perusahaan BUMN itu tidak cocok buat saya," tukas dia. (<b>mrt</b>) (<b>rhs</b>)</span><span style="font-family: Helvetica, sans-serif;"><o:p></o:p></span>Tamharhttp://www.blogger.com/profile/00448037928098293776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6732786198242463690.post-78455845917467843002012-01-11T21:42:00.000-08:002012-01-11T21:42:44.007-08:00Dari Coba-coba kini bisa menikmati omzet 4 Juta setiap bulan<div class="MsoNormal"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq0_arkaY-fDUBdsKjO2TsaSNaXk1jftGAsOP08VVNwbHfPWCbvLtf_VqcOqHqZMQLRHuvLBGhgewPfFkeWrkOLgwU5tLBub3RkYdknqRcrduza5F2_-_JTaIefF4wTQgdZuaIABuGKlA/s1600/ag00193_.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq0_arkaY-fDUBdsKjO2TsaSNaXk1jftGAsOP08VVNwbHfPWCbvLtf_VqcOqHqZMQLRHuvLBGhgewPfFkeWrkOLgwU5tLBub3RkYdknqRcrduza5F2_-_JTaIefF4wTQgdZuaIABuGKlA/s1600/ag00193_.gif" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #073763;"><strong style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;">BANJARNEGARA</span></strong><span class="apple-converted-space" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></b></span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 115%;">- Ikan mujair biasanya dikenal dalam bentuk masakan untuk menjadi "teman" melahap nasi.</span></span></div><span style="color: #073763; font-family: Verdana, sans-serif;"><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Namun, di tangan seorang ibu di Banjarnegara, Jawa Tengah, ikan mujair justru diolah menjadi keripik yang renyah nan gurih. Penasaran seperti apa rasanya?</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Ikan mujair yang biasa hidup di air tawar sering diolah sebagian masyarakat sebagai lauk, baik di goreng, pepes, ataupun bumbu santan.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Namun lain hal dengan yang dilakukan oleh Sunarti, warga Desa Luwung Kecamatan Rakit, Banjarnegara, Jawa Tengah ini mengolah ikan mujair menjadi sebuah makanan unik berupa keripik yang kabarnya memiliki kelezatan dan tingkat kandungan protein yang cukup tinggi.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><a name='more'></a></div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Setiap hari, Sunarti, 55 tahun, bersama suaminya Jubaidi, 65 tahun, selalu mengambil ikan di kolam belakang rumahnya. Anakan ikan mujair yang berusia antara 1,5-2 bulan ini selanjutnya akan diolah menjadi sebuah camilan keripik.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Diawali coba-coba dalam mengolah keripik mujahir, dirinya tak menyangka kini bisa menjadi bisnis yang cukup menguntungkan. Dengan dibantu empat karyawannya, dalam sehari dia bisa membuat hingga 25 kilogram (kg) keripik mujair yang dijual per satu kg.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Adapun keripik mujair ini dijual dengan harga Rp75 ribu. Hingga saat ini, keripik mujair buatan Sunarti telah dipasarkan ke sejumlah daerah seperti Jakarta, Semarang, dan Bandung.</span></div></span> <div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Omzet dari usaha keripik tersebut bisa dikatakan lumayan, yakni antara Rp4 juta hingga Rp5 juta setiap bulannya. Sunarti yang telah enam tahun menggeluti usaha keripik ini telah mampu menyekolahkan anaknya hingga sarjana. (</span><strong style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Elis Novit/Sindo TV/ade</strong><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">sumber : www.okezone.com</span></div></span></span><o:p></o:p>Tamharhttp://www.blogger.com/profile/00448037928098293776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6732786198242463690.post-82523097903096182142012-01-11T20:58:00.000-08:002012-01-11T20:58:39.488-08:00Sempat Jadi Babysitter, Kini Jadi Milyarder<div class="MsoNormal"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGfzsvR5zybN5hVYt9ANYk9OjIw2scW2Glq7nKDC8Bo1Tb4lLX3evyvjYAVWuMBJArEbjB3se57qHE2eM-LRM8VNSv7vj6wDNh9rTPNrBWRa25Max_nzRpVhCUcFbEhBR79PTXnc1B1yM/s1600/Nw2o2wPw9b.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGfzsvR5zybN5hVYt9ANYk9OjIw2scW2Glq7nKDC8Bo1Tb4lLX3evyvjYAVWuMBJArEbjB3se57qHE2eM-LRM8VNSv7vj6wDNh9rTPNrBWRa25Max_nzRpVhCUcFbEhBR79PTXnc1B1yM/s200/Nw2o2wPw9b.jpg" width="199" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">PASTI Anda sudah tidak asing lagi mendengar nama Martha Tilaar. Ya, dia adalah salah satu wanita tersukses yang dimiliki Indonesia, karena bisnisnya di bidang kosmetika maupun ramuan tradisional.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Wanita kelahiran Kebumen 4 September 1937 ini merupakan istri dari Henry A Rudolf Tilaar. Dari Henry, Martha memiliki empat orang anak, yaitu Bryan Emil Tilaar, Pinkan Tilaar, Wulan Tilaar, dan Kilala Tilaar. Keempat buah hatinya ini mengikuti jejak sang bunda dan diikutsertakan dalam bisnis yang digelutinya.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Kesuksesan wanita yang akrab disapa Martha ini bukan lah tanpa perjuangan dan kerja keras. Berbekal kepercayaan dan keyakinan bahwa dirinya mampu, Martha kini sukses merajai pasar kosmetika di Tanah Air.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Mengawali kariernya sebagai guru, Martha pergi untuk mengadu nasib di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) pada 1963. Ketika di sana, Martha mencari penghasilan tambahan dengan menjadi penjaga anak (</span><em style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">babysitter</em><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">).</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><a name='more'></a></span></div><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Kala itu, Martha memasang pamflet di toko-toko yang bertuliskan, "Saya adalah seorang guru dan saya siap menjadi</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span><em style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">babysitter</em><span class="apple-converted-space" style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><i> </i></span><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">anak Anda". Tak disangka, respons dari masyarakat AS waktu itu cukup baik. Banyak yang menginginkan jasa Martha untuk menjadi</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span><em style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">babysitter</em><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Di AS, Martha tak sendirian, dia ditemani sang suami yang mendapatkan Single Scholarship. Saat itu, dia mengatakan bahwa pendapatan suaminya dari beasiswa hanya sebesar USD210.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Sementara pendapatannya justru mencapai USD2.000. Dari situlah kemudian sang suami mengatakan bahwa Martha Tilaar mempunyai potensi untuk menjadi seorang wirausaha (</span><em style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">entrepreneur</em><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">).</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Setelah mendapatkan uang yang cukup, kemudian Martha memperdalam jiwa wirausahanya ke sekolah kecantikan di AS selama dua tahun di Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, AS. Beliau menghabiskan waktu hidupnya selama lima tahun di Negeri Paman Sam.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Usai menuntut ilmu, dia pun kembali ke Indonesia. Saat itu, Martha mendapat nasihat dari gurunya yang orang asing. "Martha negaramu kaya, kamu harus melakukan sesuatu dan memanfaatkan kekayaan yang ada," ujar gurunya, seperti diceritakan kembali oleh Martha, kepada</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span><strong style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">okezone</strong><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">, belum lama ini.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Mendapat nasihat ini, Martha pun mulai mengembangkan seni perawatan tubuh tradisional maupun kosmetika. Dia berujar bahwa kecantikan antara barat dan timur sungguh berbeda. Sehingga cara memancarkan kecantikan orang timur jangan memakai gaya barat. Prinsip beliau, dalam kecantikan adalah</span><em style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Back To Nature,</em><span class="apple-converted-space" style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><i> </i></span><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">semua harus alami.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Pada 1969, berbekal pengalamannya, dia membuka salon kecantikan di rumahnya. Seiring waktu berjalan, akhirnya salon itu berkembang menjadi lima cabang. Pada 1972, beliau pun ke Eropa belajar mengenai ramu-ramuan. Empat tahun kemudian akhirnya beliau mendirikan Martha Griya Salon yang memperkenalkan mengenai perawatan tradisional.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Berawal dari Martha Griya Salon inilah, pabrik kosmetik PT Sari Ayu, Martha Kosmetika Indonesia berdiri. Kini cara pandang dari wanita bergelar Doktor Kehormatan di bidang Fashion Artistry dari The World University Tucson, Arizona, Amerika Serikat 1984, mengenai kosmetik ataupun ramuan tradisional semakin maju.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">"Segala ramuan saat ini harus dapat dijelaskan secara</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span><em style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">scientific approach</em><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">. Jadi dalam ramuan tersebut ada</span><em style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">promise</em><span class="apple-converted-space" style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><i> </i></span><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">dan</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span><em style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">prove</em><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">, bukan hanya kata nenek moyang," jelasnya.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Saat ini, melalui Martha Tilaar Group, dia sudah memiliki tujuh anak perusahaan, yaitu PT Martina Berto Tbk, PT Sari Ayu Indonesia, PT Martha Beauty Gallery, PT Cantika Puspa Pesona, PT Creative Style, PT Kreasi Boga, serta PT Cedefindo.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Pada 2011 ini, beliau sudah mendapatkan begitu banyak penghargaan dan pengakuan dari dunia internasional di antaranya diberikan oleh UN Global Compact, Partner Resmi dalam Global Spa Summit, Student Exchange Paris, 7th World Islamic Economic Forum, Asia Spa Award, Official Make Up Islamic Fashion Festival dan yang terakhir adalah World Forum Lille yang diberikan pada 15 November 2011 lalu.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Pada 3 Januari 2012 mendatang, Martha Tilaar Group akan berumur 42 tahun dan Martha Tilaar pun berharap agar usahanya akan terus bisa menjadi yang terdepan dengan moto 3C yaitu</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span><em style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Connect</em><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">,</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span><em style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Compete</em><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">, dan</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span><em style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Collaborate</em><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #4c1130; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Sumber : www.okezone.com</span></span></div></span><o:p></o:p>Tamharhttp://www.blogger.com/profile/00448037928098293776noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6732786198242463690.post-33175960965692062422012-01-11T20:52:00.000-08:002012-01-11T20:52:19.621-08:00Mantan Pengamen Sukses Raup Rp400 Juta/Bulan<div class="MsoNormal"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEist2h1UtHR73U-CHNWcd6IFOZVgONtiMRnObAwdw1RO8GI-sUM0RqxNvE6-qolD5dSSSu95dTegG-L-uXfnnbR7JvKQlP3MPemrfLnhboEus1QgSv6YLtom-n3aXEI_M0we-R298Exm2U/s1600/boss_dog_pulling_money_bag_lg_nwm.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEist2h1UtHR73U-CHNWcd6IFOZVgONtiMRnObAwdw1RO8GI-sUM0RqxNvE6-qolD5dSSSu95dTegG-L-uXfnnbR7JvKQlP3MPemrfLnhboEus1QgSv6YLtom-n3aXEI_M0we-R298Exm2U/s200/boss_dog_pulling_money_bag_lg_nwm.gif" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">SEBUAH bisnis tak melulu harus berupa barang. Kala kita punya kemampuan ditambah kemauan, serta semangat pantang menyerah, maka setiap orang niscaya akan berhasil. Contoh saja Siswadi, dengan semangat pantang menyerahnya, dia memutuskan untuk membuka sebuah usaha.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Bukan usaha di bidang barang yang dia tekuni, namun jasa. Tidak perlu jasa yang besar, dia hanya memanfaatkan kemampuanya yang diserap lewat pendidikan dan pengalamannya. Bersama lima orang temannya, Siswadi memutuskan untuk membuka bisnis bimbingan belajar (bimbel) di daerah Matraman, Jakarta.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Namun, dalam menjalankan sebuah usaha, memang tak semudah yang dibayangkan. Belum apa-apa, Siswadi dan temannya harus berjibaku dengan masalah tempat usaha bimbel. Karena memang tidak mempunyai modal, Siswadi tidak dapat mendirikan bimbel tersebut di tempat yang terbilang strategis. Mereka pun harus puas membuka bimbel di rumah kosong milik temannya di Jalan Kayu manis 6 nomor 33.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Kala dibuka pun, Siswadi hanya punya modal Rp300 ribu untuk perlengkapan bimbel. Oleh sebab itu, bimbelnya pun hanya mempunyai 98 murid SD menjadi siswa pertama.<a name='more'></a></span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">"Alhamdulillah semuanya lulus masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), bahkan dua di antaranya berhasil ikut pertukaran pelajar ke Jerman," kenang Siswadi kala berbincang dengan</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span><strong style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">okezone</strong><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">, beberapa waktu lalu.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Modal yang minim membuat Siswadi tidak dapat melakukan survei mendalam pada kurikulum atau materi yang ada. Saat itu, dia hanya menggunakan insting dan pengalamannya dalam memilih pelajaran. Nampaknya Dewi Fortuna memang berpihak padanya, insting Siswadi kala itu memang jitu. Sebab, banyak siswa mengatakan materi yang diberikan di bimbel Solusi banyak keluar saat ujian. "Yang menurut saya sulit (pelajarannya) dan kompleks kita ajarkan ke siswa," jelasnya.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Setelah bisnis kian membesar, Siswadi tak lagi menggunakan insting untuk membantu belajar anak didiknya. Bimbelnya kini mempekerjakan tenaga kurikulum, guna menyusun soal dan materi pelajaran yang dia seleksi dengan ketat.</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Alhasil, dengan kurikulum matang dan kesaksian dari para anak didiknya, membuat nama Solusi makin menggaung di dunia bimbel. Hal itulah yang membuatnya berani memberikan jaminan, kualitas pembelajaran di Solusi terstandar dengan baik.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Dengan menerapkan konsep belajar team best learning plus, setiap kelas hanya berisi 10 siswa, modul pembelajaran yang ringkas dan mudah dimengerti, mengiringi langkah Siswadi menjadi penerima penghargaan penyelenggara bimbel terbaik versi majalah bisnis nasional pada 2009 silam. Penghargaan itu, didapatkan lantaran peningkatan jumlah siswa yang mencapai 100 persen tiap semester.</span><span class="apple-converted-space" style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><strong style="font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><strong style="font-size: 10pt; line-height: 115%;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;">Perjuangan</span></strong></div></strong><b><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13px; line-height: 14px;"><br />
</span></div></b><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Kesuksesan yang didapat Siswadi dan kelima temannya, bukan jatuh dari langit. Bimbel Solusi pun bukan warisan siapa-siapa. Laki-laki kelahiran Purwodadi, Jawa Tengah, ini membutuhkan waktu panjang untuk membangun bimbel Solusi.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Siswadi lahir dan besar dari keluarga yang serba kekurangan. Siswadi kecil, yang ditinggal pergi oleh ayahnya pada usia lima tahun, sudah memiliki semangat besar untuk mengubah nasib. Sewaktu duduk di kelas III SD, didorong rasa penasarannya, Siswadi merantau ke Semarang mencari ayahnya.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Karena masih kecil, Siswadi belum punya perhitungan. Hasilnya, Siswadi kecil pun terlantar karena tidak punya kerabat di Semarang. Untuk hidup, Siswadi pun menjadi pengamen demi mendapatkan sesuap nasi di kota itu. Sembari mengamen, Siswadi tetap mencari kabar tentang sang ayah. Seiring waktu berjalan, Siswadi merasa mencari ayahnya adalah sia-sia, karenanya dia memutuskan untuk menyerah dan kembali ke Purwodadi.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Selang beberapa lama di rumah, entah angin apa yang mendorong Siswadi memutuskan kembali merantau. Kali ini tujuannya bukan lagi Semarang, namun ke ibu kota. Lagi-lagi, Siswadi pergi hanya berbekal tekad. Pergi dengan kereta api, Siswadi pun diturunkan dengan tidak hormat karena tidak membayar. "Karena tak mempunyai tiket, saya diturunkan di sawah," kenang Siswadi.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Semangatnya memang patut diacungi jempol. Tekat Siswadi yang sudah bulat membuatnya rela berjalan kaki menyusuri sawah hingga bertemu dengan terminal bus. Sampai di terminal Pulo Gadung, Jakarta, Siswadi juga tidak punya kerabat. Pengalaman hidupnya di Semarang, nampaknya telah memberikan semangat tersendiri bagi dia. "Agar tetap hidup, saya mengamen lagi di terminal itu," jelas Siswadi.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Siswadi pun malang melintang hidup di jalanan. Ini membuatnya dapat berkenalan dengan banyak orang. Dia bahkan pernah ikut demonstrasi di 1998, namun bukan untuk memperjuangkan hak-hak seperti yang dilakukan kebanyakan orang, Siswadi berdemo demi mendapatkan sebungkus nasi.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Dari keikutsertaanya pada demonstrasi tersebut, Siswadi diajak bergabung oleh kelompok mahasiswa proreformasi bernama Forum Kota (Forkot). Siswadi akhirnya menetap di markas Forkot itu sembari mengenyam pendidikan yang kala itu belum diselesaikannya dengan kejar Paket A, setara dengan SD. Setelah lulus, Siswadi menyadari pentingnya pendidikan, dia pun meninggalkan Forkot dan melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Guna mengenyam pendidikan, Siswadi mengandalkan kemampuan mengamennya untuk mencari sesuap nasi dan juga biaya sekolah. Meski begitu, faktor fisik terkadang menyebabkan dia meminta uang secara paksa kepada murid lain. "Untungnya kepala sekolah berbaik hati dan membebaskan saya dari SPP," kata dia.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Setelah lulus SMP, Siswadi yang ingin merasakan manisnya masa SMU, mulai berfikir lebih maju. Dia tidak ingin lagi mengandalkan kemampuan mengamennya. Maka dari itu dia pun mencari pekerjaan. Beruntung sebuah penyewaan game memakai jasanya. Gaji dari penyewaan game itu akhirnya dipakai membiayai sekolah.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Siswadi pun mulai intens mengikuti organisasi, dia mulai aktif di kegiatan nasyid SMU, bahkan sempat menjadi juara antar-SMU. "Sejak itu, saya mulai tenang dan tidak nakal," ungkap Siswadi.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Lulus SMU, Siswadi sempat merasakan perguruan tinggi di Universitas Bhayangkara. Namun, dia memutuskan bekerja sebagai tenaga marketing di sebuah lembaga bimbel. Di tempat bimbel itulah Siswadi belajar seluk-beluk usaha bimbel. Siswadi pun akhirnya memutuskan untuk membuka bimbel sendiri bersama teman-temannya.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><strong style="font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><strong style="font-size: 10pt; line-height: 115%;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;">Semua Orang Berhak Mendapat Pendidikan</span></strong></div></strong><b><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13px; line-height: 14px;"><br />
</span></div></b><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Berkaca dari masa lalunya, tekad Siswadi membentuk bimbel tidak difokuskan untuk mencari penghasilan. Siswadi ingin membuktikan bahwa bimbel itu hak semua murid dari semua status sosial. Itulah sebabnya, dalam mengelola bimbel, Siswadi berusaha menjangkau murid SD dan SMP dari kalangan menengah bawah dengan menawarkan biaya murah.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Namun, seiring berlalunya waktu, Bimbel Solusi pun tumbuh menjadi Bimbel besar. Jika pada awalnya Solusi menargetkan anak didik dari kalangan menengah ke bawah, saat ini siswa yang bergabung juga banyak dari kalangan atas.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">"Dulu memang fokus anak kurang mampu, tapi sekarang kami juga menjangkau kalangan kelas atas," kata Siswadi.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Meski begitu, dia tetap mematok tarif murah Rp500 ribu per semester. "Itu menjadi daya tarik tersendiri, sebab walaupun murah namun materi yang diajarkan berkualitas," klaim Siswadi.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Dengan tarif yang terjangkau, siswa juga akan mendapatkan modul belajar, buku pengembangan, serta tempat belajar ber-AC. Siswa juga memperoleh training atau seminar motivasi yang berlangsung di tengah atau akhir semester. Naiknya pamor Solusi, membuat Siswadi berani mewaralabakan Bimbel Solusi-nya. "Kami ingin mengembangkan bimbel solusi ke seluruh Indonesia," katanya.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Saat ini, bimbel solusi telah memiliki 45 cabang dan mitra di seluruh Indonesia dengan total murid sekira 7.000 orang. Karyawan yang bekerja di Solusi telah mencapai kurang lebih 500 orang.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Dengan jumlah tersebut, omzet yang diperoleh setiap bulan bisa mencapai Rp400 juta. Namun demikian, sukses yang diraih Siswadi tidak menghilangkan kenangan saat dia harus berjuang menjadi pengamen di jalanan. Sebagai bentuk perhatiannya, Siswadi memberikan kursus gratis bagi anak yatim piatu. "Di balik kesuksesan pasti ada hak orang lain," kata dia.</span></div></span> </span><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Setelah sukses lewat bimbelnya, barulah Siswadi menyempatkan diri meneruskan kuliahnya yang tertunda akibat biaya, namun kali ini dia menerukskan di universitas yang berbeda. (</span><strong style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">ade</strong><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">)</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Sumber : www.okezone.com</span></span></div></span><o:p></o:p>Tamharhttp://www.blogger.com/profile/00448037928098293776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6732786198242463690.post-85675561141991962972012-01-11T18:59:00.000-08:002012-01-11T18:59:48.619-08:00Mr. JOGER : lebih baik sedikit tetapi cukup daripada banyak tetapi kurang<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtlFaWpuu6BjW9fyuAlrLHj3bDMzYZqGkvHrfIEhp67tfZa7cwEbjnPAHmampEcBlVE0_NV1FMule8mByLtgjRvjOzwb8lb_-qoco1FIli5YL0A-iBkRNNIwLIli-3jttEiOzcqbOq1wg/s1600/mr_joger.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtlFaWpuu6BjW9fyuAlrLHj3bDMzYZqGkvHrfIEhp67tfZa7cwEbjnPAHmampEcBlVE0_NV1FMule8mByLtgjRvjOzwb8lb_-qoco1FIli5YL0A-iBkRNNIwLIli-3jttEiOzcqbOq1wg/s200/mr_joger.jpg" width="162" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mr.JOGER. Orang kreatif adalah orang yang bisa memunculkan ide dan diterima orang lain dengan senang hati. Salah satunya adalah Joseph Theodorus Wulianadi alias Mr Joger, BAA, BSS (Bukan Apa-Apa dan Bukan Siapa-Siapa). Pemilik pabrik katakata Joger ini bahkan disebut sebagai orang kreatif yang mampu memunculkan ide gila, aneh, menipu semua orang tapi bagaimana yang ditipu tidak merasa ditipu, dan malah merasa senang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">Berawal dari itikad baik untuk menjadi manusia yang baik, minimal tidak menjadi parasit di negeri tercinta atau tidak menjadi pengangguran atau menjadi beban bagi orang lain adalah motivasi awal bagi Mr Joger untuk merintis usaha. ”Saya ini kan bukan ahli bahasa. Saya juga bukan orang pintar. Tapi tampaknya saya punya keyakinan yang cukup untuk mendukung keberanian saya mengemukakan niat-niat baik melalui karya-karya saya yang jelek-jelek. Tapi bukan salah saya kalau ternyata banyak masyarakat dalam maupun luar negeri yang jatuh hati dan secara rutin mau membeli produk-produk Joger yang jelek-jelek tapi unik ini,” tegas Mr Joger. Bisnis bagi saya adalah bagaimana caranya “menipu” konsumen secara baik-baik, sehingga mereka merasa senang dan merasa tidak ditipu, dan datang lagi minta ditipu secara berkesinambungan.<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Marketing yang andal adalah orang yang sudah bisa mempengaruhi jiwa konsumen. Bukan lagi hanya kantongnya, sehingga orang tersebut tidak bisa berbuat apa-apa. Kunci keberhasilan adalah kejujuran yang mengandung itikad baik. Dalam berusaha saya tidak selalu memikirkan untung. Keuntungan hanya membuat kita kaya secara meteri, namun tidak secara batin. Untuk apa kaya kalau tidak bahagia? Bukan berarti saya menganjurkan miskin. Akan lebih rugi bila sudah miskin tidak bahagia. Jadi tujuan hidup bukan miskin atau kaya, tapi bahagia.Yang disebut bahagia adalah orang yang bisa berkarya untuk diri sendiri dan bermanfaat untuk masyarakat. Kalau mau kaya, usahakan jangan sampai orang lain menjadi miskin karenanya. Saya mempunyai filosofi, “lebih baik sedikit tetapi cukup daripada banyak tetapi kurang.” Miskin di sini saya artikan adalah cukup. Kalau sudah merasa sudah cukup, untuk apa memikirkan banyak?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam hidup saya memakai sistem kompromi. Separuh untuk nafkah separuh lagi untuk kehidupan. Karena mencari nafkah itu belum tentu hidup. Apabila sudah bisa menikmati hidup, barulah namanya hidup. Hidup itu sebenarnya mudah karena Tuhan Maha Baik, Dia akan memberikan segala yang diminta hambanya. Manusia itu sering berbicara bahwa Tuhan Maha Tahu, tapi mereka sok. Tuhan Maha Kuasa tapi kita sok kuasa akhirnya kita tidak mau rendah hati. Sebetulnya, kalau rendah hati, hidup ini jadi indah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Selain mengelola Joger, saya juga sering menjadi pembicara di seminar-seminar.Saya sering mengungkapkan , kembangkanlah diri kalau mau percaya diri. Tapi sebelum mengembangkan diri, harustahu diri. Jadi intinya adalah tahu diri, setelah itu percaya diri. Bagaimana bisa berusaha, bila tidak percaya diri dan tidak bisa mengembangkan diri?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">sumber : <a href="http://entrepreneuruniversity.co.id/">http://entrepreneuruniversity.co.id</a></div></span><o:p></o:p>Tamharhttp://www.blogger.com/profile/00448037928098293776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6732786198242463690.post-8048088400897872922012-01-11T18:43:00.001-08:002012-01-11T20:43:32.337-08:00Purdi E. Chandra : Dari Outlet Kecil kini menjadi Bimbel Terbesar Di Indonesia<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjudoei1snRhgXgRY04nXrKs2xuzTg6i57RsVlaPD0dD7-EbJ1dMndAenn3M1IY3Xr474gcYHZN375OdaA6U1T0hrUZ6Osedxkubiyq4z75uLneLVm2R1i0Rd7XtSpXQg0X_Vif_fAM_P0/s1600/purdie.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjudoei1snRhgXgRY04nXrKs2xuzTg6i57RsVlaPD0dD7-EbJ1dMndAenn3M1IY3Xr474gcYHZN375OdaA6U1T0hrUZ6Osedxkubiyq4z75uLneLVm2R1i0Rd7XtSpXQg0X_Vif_fAM_P0/s200/purdie.jpg" width="195" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Purdi E. Chandra</b>. Pada akhir tahun 1981, saya merasa tidak puas dengan pola kuliah yang membosankan. Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Kemudian pada tahun 1982 saya mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat - hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka cabang di ratusan kota di penjuru tanah air, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bukan suatu kebetulan jika pengusaha sukses identik dengan kenekatan mereka untuk berhenti sekolah atau kuliah. Seorang pengusaha sukses tidak ditentukan gelar sama sekali. Inilah yang dipercaya Purdi ketika baru membangun usahanya.</span><br />
<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kuliah di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya membuktikan kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin, gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita. Purdi muda yang penuh cita–cita dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan mulai serius untuk berbisnis.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejak saat itu Purdi mulai menajamkan intuisi bisnisnya. Dia melihat tingginya antusiasme siswa SMA yang ingin masuk perguruan tinggi negeri yang punya nama, seperti UGM. Ini merupakan peluang bisnis yang cukup potensial, bagaimana jika mereka dibantu untuk memecahkan soal-soal ujian masuk perguruan tinggi, pikirnya waktu itu. Purdi lalu mendapatkan ide untuk mendirikan bimbingan belajar yang diberi nama, Primagama.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Saya mulai usaha sejak tahun 1982. Mungkin karena nggak selesai kuliah itu yang memotivasi saya menjadi pengusaha,” kisah Purdi. Lalu, dengan modal hasil melego motornya seharga 300 ribu rupiah, ia mendirikan Bimbel Primagama dengan menyewa tempat kecil dan disekat menjadi dua. Muridnya hanya 2 orang. Itu pun tetangga. Biaya les cuma 50 ribu untuk dua bulan. Kalau tidak ada les maka uangnya bisa dikembalikan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Segala upaya dilakukan Purdi untuk membangun usahanya. Dua tahun setelah itu nama Primagama mulai dikenal. Muridnya bertambah banyak dan semakin banyak saja. Setelah sukses, banyak yang meniru nama Primagama. Purdi pun berinovasi untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikannya ini. “Sebenarnya yang bikin Primagama maju itu setelah ada program jaminan diri,” ungkapnya soal rahasia sukses mengembangkan Bimbel Primagama. Dan berkat kerja keras selama ini Primagama masih menjadi market leader di bisnis bimbingan belajar dengan lebih dari 700 outlet di seluruh Indonesia.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #20124d; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sumber : </span><a href="http://entrepreneuruniversity.co.id/kisah-sukses/36-bobsadino/61-purdi-e-candra">http://entrepreneuruniversity.co.id</a></div><o:p></o:p>Tamharhttp://www.blogger.com/profile/00448037928098293776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6732786198242463690.post-57158560170345333132012-01-11T00:56:00.000-08:002012-01-11T18:26:28.965-08:00Ical Bakrie: Saya Pernah Lebih Miskin dari Pengemis!<div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhopCM7Mtkvz5TnjehbtFmAOlX56EaSnf26OKHqTmHqAFu9edZD9jUE5CE3-FZhczWTVh_Tj5aJ-KiAnj1XUVDfQY0uzeUby6pyAUt2gDlOFuKwCn3mqxYn491hxUSrPqGYBn8JckI7DrE/s1600/aburizalbakrie.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhopCM7Mtkvz5TnjehbtFmAOlX56EaSnf26OKHqTmHqAFu9edZD9jUE5CE3-FZhczWTVh_Tj5aJ-KiAnj1XUVDfQY0uzeUby6pyAUt2gDlOFuKwCn3mqxYn491hxUSrPqGYBn8JckI7DrE/s200/aburizalbakrie.jpg" width="200" /></a></div><span style="color: blue; font-family: Verdana, sans-serif;">Selama ini banyak orang bertanya kepada saya bagaimana rahasianya menjadi pengusaha yang sukses. Mereka berharap saya bersedia membagi pengalaman dan kiat-kiat berusaha supaya sukses.<br />
<br />
Bagi saya, membagi pengalaman kepada orang lain menyenangkan, apalagi bila pengalaman saya tersebut bermanfaat.<br />
<br />
Senin 5 April lalu, saya diundang oleh Universitas Islam As Syafiiyah, Jakarta, untuk membagi pengalaman. Dalam acara bertajuk “Studium Generale Kewirausahaan” itu saya diminta memberikan ceramah mengenai kewirausahaan dan kiat sukses berbisnis.<br />
<br />
Kepada para mahasiswa saya katakan untuk sukses berbisnis kita tidak bisa hanya belajar di bangku kuliah saja. Bangku kuliah hanya mengajarkan dasar dan teori. Sisanya kita belajar kepada mereka yang telah berhasil. Orang itu tidak harus S3 untuk menjadi pengusaha. Bisa jadi hanya S1 seperti saya, bahkan ada yang tidak memiliki ijasah.<br />
<br />
Apa langkah pertama yang harus dilakukan untuk memulai usaha dan menggapai kesuksesan? Jawabannya adalah mimpi. Kita harus berani bermimpi menjadi orang yang sukses. Sejarah juga membuktikan banyak temuan hebat dan orang sukses dimulai dari sebuah mimpi. Kalau anda bermimpi saja tidak berani, ngapain membuka usaha.</span></div><a name='more'></a><span style="color: blue; font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
<br />
Tentu saja tidak hanya berhenti sekedar mimpi untuk mencapai sukses. Setelah mimpi anda bangun, lalu pikirkanlah mimpi anda. Berfikirlah yang besar. Seperti kata miliarder Amerika Donald Trump; if you think, think big. Pikir yang besar, pikir jadi presiden, jangan pikir yang kecil-kecil.<br />
<br />
Setelah itu anda buat rencana, buat rincian, dan bentuk sebuah tabel. Terakhir, yang paling penting, segera jalankan rencana tersebut. Jika anda bertanya perlukah berdoa? saya katakan berdoa itu perlu (baca : sangat penting). Tapi perencanaan juga perlu. Doa saja tanpa perencanaan saya rasa tidak akan berhasil.<br />
<br />
Dulu waktu masih kuliah, saya biasa membuat perencanaan dan membagi waktu. Saya bangun sholat Subuh, lalu latihan karate, setelah itu tidur lagi sampai pukul 10. Baru pukul 11 belajar.<br />
<br />
Intinya dengan perencanaan, masalah akan terselesaikan dengan baik. Sekarang juga begitu, saya bagi waktu untuk partai dan lainnya. Pukul sekian seminar, pukul sekian jadi pembicara, pukul sekian… Kadang 10 masalah bisa saya selesaikan sehari.<br />
<br />
Keluhan paling sering dilontarkan orang yang tidak berani berusaha adalah tidak mempunyai modal atau dana. Banyak juga yang berkata saya bisa sukses karena ayah saya pengusaha. Itu salah besar. Saat memulai usaha saya tidak mempunyai uang.<br />
<br />
Saat akan membeli Kaltim Prima Coal (KPC) saya juga tidak memiliki dana. Caranya saya datangi calon kontraktor dan tawarkan kerjasama yang menguntungkan dia, tapi saratnya dia pinjami saya dana. Saya juga mendatangi bank dan berkata demikian. Lalu dari uang yang dipinjamkan itu, saya membeli KPC dan sekarang menjadi perusahaan besar.<br />
<br />
Jangan pernah bicara tidak punya dana. Uang datang jika ada ide besar atau ada proyek yang visible. Bill Gates juga tidak mempunyai uang, tapi dia mempunyai ide bagus. Dia tidak lulus kuliah, dia bukan anak orang kaya, tapi dari garasinya dia bisa membuat Microsoft jadi perusahaan besar.<br />
<br />
Maka pikirkan ide yang bagus, lalu anda cari partner yang punya uang. Yakinkan dia dan berkerjasamalah dengan dia. Jika dalam kerjasama partner anda meminta keuntungan lebih besar, jangan persoalkan.<br />
Misal semua ide dari anda tapi anda hanya dapat 10%, itu tidak masalah. Sebab 10% itu masih untung dari pada anda tidak jadi bekerjasama dan hanya dapat nol %. Jangan lihat kantong orang, jangan lihat untung orang, lihat kantong kita ada penambahan atau tidak.<br />
<br />
Setelah anda menjalani usaha, suatu saat anda pasti akan menghadapi masalah. Hadapi saja masalah itu, karena masalah adalah bagian dari hidup yang akan terus datang. Saya sendiri juga pernah menghadapi masalah saat krisis ekonomi 1997-1998. Saat itu keadaan perekonomian sulit, semua pengusaha dan perusahaan juga sulit.<br />
<br />
Saat itu saya jatuh miskin. Bahkan saya jauh lebih miskin dari pengemis. Ini karena saya memiliki hutang yang sangat besar. Hutang saya saat itu sekitar USD 1 miliar. Di saat yang sulit ini biasanya sahabat-sahabat kita, rekan-rekan kita semua lari.<br />
<br />
Karena itu di saat yang sulit ini, kita tidak boleh memperlihatkan kita sedang terpuruk. Jangan perlihatkan kita sedang gelap. Seperti yang diajarkan ayah saya Achmad Bakrie; jangan biarkan dirimu di tempat yang gelap, karena di tempat yang gelap bayangan pun akan meninggalkanmu.<br />
<br />
Maka saat susah itu saya tetap tegar dan tidak menunjukkan keterpurukan. Bahkan saya terpilih jadi ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk yang kedua kalinya. Kalau saat itu saya tunjukkan keterpurukan, mana mau mereka memilih saya.<br />
<br />
Tapi yang penting setelah kita terpuruk, kita harus bangkit kembali. Kalau saat itu saya tidak bangkit, maka tidak bisa saya seperti saat ini. Saya berprinsip hadapi saja masalah, jangan lari. Banyak usaha yang saya lakukan, misalnya melepas saham keluarga dari 55% jadi tinggal 2,5%. Saya juga mencari pinjaman sana-sini.<br />
<br />
Akhirnya dengan usaha keras pada tahun 2001 saya bisa bangkit kembali dan hutang saya bisa dilunasi dan bisnis saya membaik kembali.<br />
<br />
Itulah pengalaman saya selama ini. Saya berharap bisa menjadi ilmu yang berguna. Papatah mengatakan pengalaman adalah guru yang paling baik. Sebagai penutup saya ingin bercerita mengenai kisah telur Colombus. Suatu saat Colombus menantang orang-orang untuk membuat telur bisa berdiri.<br />
<br />
Saat itu tidak ada satupun orang yang bisa membuat telur berdiri. Kemudian Colombus memberi contoh cara membuat telur berdiri dengan memecahkan bagian bawahnya. Lalu orang-orang berkata; ah, kalau begitu caranya saya juga bisa.<br />
<br />
Nah, saya ingin menjadi Colombus. Saya tunjukkan caranya, lalu anda mengatakan; kalau begitu saya juga bisa. Kemudian anda memulai usaha dan menjadi berhasil dan sukses. Saya senang kalau anda sukses, karena semakin banyak orang sukses, semakin maju bangsa ini.</span><o:p></o:p><br />
<span style="color: blue; font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span style="color: blue; font-family: Verdana, sans-serif;">sumber : </span><a href="http://entrepreneuruniversity.co.id/kisah-sukses">http://entrepreneuruniversity.co.id/kisah-sukses</a>Tamharhttp://www.blogger.com/profile/00448037928098293776noreply@blogger.com0