Selamat datang di blog tempat inspirasi entrepreneurship

Jumat, 13 Januari 2012

Si Pencari Daun Jati, Kini Jadi Juragan Tambang Pasir

KERJA keras dan tekad yang besar menjadi kunci utama untuk berhasil di dalam hidup ini. Itulah kata-kata yang pertama kali meluncur dari H Misbachul Munir (45). Bermula dari seorang pencari daun jati, asal Desa Cobanjoyo, Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan, yang kini menjadi seorang pengusaha pertambangan pasir di Pasuruan.

Pria paruh baya ini, mengawali kisah hidupnya dengan membantu kedua orangtuanya mencari nafkah. Guna menyokong perekonomian keluarganya yang kurang mampu, dia mencari daun jati di hutan untuk di jual ke pasar pada pagi hari.

Setelah mencari daun jati, Munir muda kembali bekerja sebagai buruh penambang pasir di desanya yang memang terkenal sebagai daerah penghasil pasir di Pasuruan.
 
Kerja keras sebagai pencari daun jati dan penambang pasir, memang hanya cukup untuk makan sehari-hari. Namun, Misbach Munir berusaha bekerja ekstra agar dapat mempunyai tabungan. Dia rela menyimpan sebagian kecil upahnya, melainkan dia titipkan kepada sang majikan pemilik tambang pasir.

Tidak terasa, upah yang dititipkan kepada sang majikan saat itu mencapai Rp1 juta. Pada saat itu, jumlah tersebut terhitung sangat besar bagi seorang anak desa seperti Misbachul Munir.

Hasil tabungannya itu, kemudian dia tukar dengan sepetak tanah di dekat rumah. Dengan adanya lahan pribadi itu, Munir mulai peruntungannya dengan menambang pasir di tanahnya sendiri. Saat itu, Munir yang buta teknologi hanya mengandalkan cara tradisional, yakni menggunakan pacul dan sekop.

Alhasil, Munir harus bekerja keras mulai pagi hingga sore agar pasir yang dihasilkan banyak. Dengan kegigihannya tersebut, penghasilan Munir terus meningkat.

Munir yang kala itu sudah cukup maju, tidak melupakan prinsip menabungnya. Sebagian hasil penjualan pasirnya kembali dia sisihkan untuk membeli sepetak tanah lagi. Agar produksi pasirnya semakin banyak, Munir menyewa supir alat berat (back hoe) yang bekerja di pertambangan pasir milik majikannya, agar bisa menggali pasir di lahan miliknya.

Agar tidak merugikan majikannya, para pekerja tersebut dia sewa pada sore-malam hari selepas jam kerja mereka. Di bantu alat berat (back hoe) maka kapasitas produksi pasir milik Munir semakin bertambah banyak.

Mencari Pasar

Nama Munir kala itu belumlah terkenal di kalangan para pembeli pasir. Karenanya, demi memuaskan dan menggaet pelanggan dirinya mengisi pasir satu truk dengan ukuran lebih banyak sedikt dari ukuran biasanya.

Selain itu, Munir juga benar-benar memperhatikan kualitas dari pasir yang dijualnya. Karenanya para pembeli pasir pun puas dengan produksi pasir milik Munir, karena kandungan tanah dan batunya yang lebih sedikit.

Keuntungan dari penjualan pasir yang meningkat, kembali disisihkan untuk membeli lahan pertambangan lagi, begitu seterusnya hingga sekarang. Saat ini, lahan milik majikannya dulu pun sekarang telah dibeli oleh H Munir.

Meskipun telah memiliki lahan pertambangan pasir yang cukup luas, kira-kira 30 hektare (ha) lebih, namun untuk masalah perijinan dan reklamasi, tidak lepas dari perhatiannya. Menurut Munir, dirinya bisa seperti sekarang ini karena mendapat berkah dan rejeki dari alam, maka sudah seharusnya dia menjaga dan mensyukuri apa yang telah didapatnya dari alam itu.

Biarpun telah sukses dan menikmati hasil dari jerih payahnya selama ini, Munir tidak melupakan warga desanya yang kurang mampu, bahkan sekarang ini warga di desanya pekerjaanya tergantung dari pertambangan milik Munir. Banyak warga desa yang menjadi supir truk dan operator alat berat (back hoe).

Memang, Munir tidak melakukan penambangan dengan cara tradisional guna meminimalisir risiko kecelakaan. Dengan menamai tambang pasir miliknya dengan nama CV Pasir Mas, Munir memang bersyukur menemukan emas di dalam tanah yang berupa pasir yang dapat mengangkat perekonomiannya selama ini. (mrt) (Robert Ardyanto Dwi Setiawan/Sindo TV/ade)

Sumber : www.okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar